• About
  • Contact

Sendiri Tak Mengapa, Yang Penting Hidup

 on Tuesday, February 3, 2015  



Seorang Ibu bernama Ruwendah yang terlahir di Kota Kembang Bandung, tepatnya di desa sukamanah, dayeuh kolot, pada 3 Januari 1942.Ibu Ruwendah merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan melanjutkan Pendidikan Kursus Pengetahuan Umum pada tahun 1959 selama 3 bulan.Dahulu, ayahnya yang terkenal cerdas dan pintar berbahasa inggris membuka Suatu lembaga pendidikan Sekolah Rakyat (SR) gratis dirumahnya, bagi siswa yang tidak di terima di sekolah Negeri.
Disana Ibu Ruwendah pun berperan aktif mengajar anak – anak sekolah didikan Ayahnya.Walau dengan bekal ilmu yang seadanya Ibu Ruwendah bersemangat dalam mengajarkan anak – anak tersebut. Setelah 3 tahun mengajar dengan niat untuk mandiri, ia berhenti dan mencari pekerjaan sendiri namun tak kunjung dapat. Tak lama, ayahnya yang sudah tua dan sakit – sakitan pun meninggal dunia, sekolah SR yang berlandaskan gratis tanpa biaya bagi siapapun yang didirikan ayahnya pun berhenti sampai disitu. Setelah itu, ia bergegas mengikuti Pendidikan di Telkom untuk Pendidikan Telponis Kantor Telephone Bandung selama satu tahun ia mengikuti Pendidikan tersebut. Ibu Ruwendah merupakan orang pertama yang lulus di pendidikan tersebut se-Bandung Raya dan ketiga se-Jawa Barat.
Menjadi suatu kebanggan bagi ibu ruwendah dan kedua orang tuanya. Dan Ibu Ruwendah pun di angkat menjadi pegawai tetap Telkom Masa kerja selama 6 tahun, karena Ibu Ruwendah memiliki Kondisi yang tidak cukup baik, sakitnya yang terus – terus menerjang tubuhnya hingga membuat ibu ruwendah terbaring lemas tak berdaya. Ibu Ruwendah pun memutuskan untuk berhenti bekerja dan akhirnya perusahaan tersebut memberikan surat keluar sementara.
        Entah apa penyakit sebenarnya yang diderita Ibu Ruwendah, sesak nafas yang berlebihan, rasa sakit didadanya, dan rasa sakit dikepalanya sampai – sampai memerlukan istirahat yang cukup lama. Selama ini jika ia merasakan sakit pada tubuhnya tak pernah ia rasa, ia tetap menjalani aktifitas layaknya orang yang sehat. Setelah beberapa bulan Ibu Ruwendah istirahat di rumah saja, Ibu Ruwendah merasa sudah cukup baik kondisinya dan Ibu Ruwendah bekerja di Pikiran Rakyat (PR) / Bandung PT, Ibu Ruwendah di tempatkan di bagian percetakan dan penyusunan buku – buku pelajaran. Dalam jangka kerja selama 4 tahun, akhirnya rasa sakit yang biasa tak pernah dirasa pun kini menjadi – jadi hingga ibu Ruwendah kembali mengundurkan diri untuk berhenti kerja dikarenakan sakit.
        Pada usia 24 tahun Ibu Ruwendah dipertemukan dengan seorang pria bernama Rudi, Rudi merupakan seorang mahasiswa sekaligus mantan supir pribadi di satu rumah. Rudi di tugaskan untuk menjadi supir pribadi istri seorang TNI bernama Japto, Japto selalu bertugas di luar kota dan akhirnya ia memberikan amanat kepada Rudi untuk menjadi supir pribadi istrinya. kemanapun istrinya pergi selalu didampingi Rudi. Setelah 2 tahun Japto bertugas ke luar kota, tak bisa menahan rasa saling menyukai.
Akhirnya, istri TNI pun selingkuh dengan supir pribadinya hingga hamil. Suatu waktu Japto pulang menemui istrinya, Japto tak menyadari bahwa istrinya tengah hamil oleh orang lain. Setelah tahu Japto pulang, Rudi bergegas diam di atas langit – langit rumah seorang TNI tersebut.setelah selama satu minggu ia diam di atas langit – langit rumah japto, tidak makan dan minum. Kemudian, ia berniat akan menyerahkan diri dan turun dari atas langit – langit rumah dan segera bersujud juga meminta maaf kepada Japto atas kesalahannya yang telah berselingkuh dengan istrinya. Pikir Rudi, Japto akan membunuhnya atau menyiksanya. Ternyata, dengan lapang dada dan sabar hati Japto memaafkan kesalahan istrinya dan Rudi.Tak bisa berbuat banyak atas kejadian yang terlanjur sudah terjadi, Japto pun menikahkan istrinya dengan Rudi.

ketika itu ibu ruwendah dekat sekali dengan Rudi, Rudi bercerita soal masa lalunya yang kelam dan hampir meninggal karena diam di atas langit – langit rumah selama satu minggu tidak makan dan minum. Dengan Tak pernah mengkaitkan seulas tentang istri pertamanya dahulu, Ibu Ruwendah hanya tahu bahwa Calon suaminya adalah masih berstatus belum pernah menikah. Tak sempat memiliki keturunan, pernikahan Ibu Ruwendah dan Rudi hanya berlangsung 3 tahun saja, selama 3 tahun usia pernikahannya, ternyata ibu Ruwendah baru mengetahui bahwa suaminya pernah mempunyai istri. Dan belum bercerai dari istri lamanya, kabar itu sampai ke telinga ibunya, ketika mengetahui semua itu, ibu ruwendah cukup gelisah dan merasa telah di bohongi oleh suaminya.namun, ibu ruwendah tetap berlaku baik dan menerima segala kenyataan itu. Berbeda dengan  ibunya, ibunya tak bisa menerima kenyataan itu, akhirnya ibunya menyuruh Ibu Ruwendah untuk bercerai dengan Rudi.
Rudi yang merasa salah tak bisa berkutik apapun, Dengan tekanan batin yang menyiksa  Tak bisa menolak, Ibu Ruwendah pun menyetujui untuk bercerai karena melihat sang Ibu yang tengah berbaring sakit.
Berat hati, walaupun batin tersiksa tapi tak mengapa dengan ikhlas Ibu Ruwendah bercerai dengan suaminya.Dengan tekad hati untuk hidup seperti biasa lagi, akhirnya ibu ruwendah mencari – cari pekerjaan baru lagi. Akhirnya, Pada tahun 1975 Ibu Ruwendah bekerja di Tarumatex selama 22 tahun ia bekerja untuk biaya hidupnya dan memberikan sebagian pesangonnya kepada Ibunya. Pada tahun 1997 ia di PHK oleh perusahaannya, hasil dari uang PHK walaupun tak seberapa, ia gunakan uang tersebut untuk berdagang kecil – kecilan membuka usaha warung didepan rumahnya, demi menghidupi ia sendiri dan Ibunya.
Ia merasa miris dan sedih alangkah buruk nasibnya, ia hampir putus asa memikirkan bagaimana kehidupannya untuk masa depannya nanti. Mengingat ia yang tak punya siapa – siapa selain ibunya yang kini sakit – sakitan dan tak berdaya apa – apa. Tak ada yang bisa ia ajak bicara mendalam selain ibunya. Adapun dengan tetangga, hanya bisa sekedarnya tak ingin memrepotkan siapapun akhirnya ibu Ruwendah pun mengatasi masalahnya sendiri.
Setelah bercerai dengan suaminya ia berniat untuk menikah lagi, ia dipertemukan oleh seorang pria baik dan bertanggung jawab, dan ia merasa sudah cocok dengan pasangannya yang ini namun, Ibunya tak merestuinya. Entah apa maksud ibunya melarang. Apakah ibunya masih takut peristiwa masa lalu terulang kembali ataukah apa..entahlah, Tak bisa menolak lagi, Ibu Ruwendah berpikir bahwa ucapan ibunya adalah ucapan terbaik yang harus ia patuhi sebagai anaknya.
       Ibu Ruwendah  pun patuh terhadap perkataan Ibunya, dan ia tidak menikah lagi. tak lama, ibunya pun meninggal dunia. kini ia hanya tinggal sendiri di rumah kecil peninggalan kedua orang tuanya. Beruntung, walaupun hanya rumah petak kecil tapi itu milik orang tuanya sendiri, Menjalani hari – hari pun sendiri tidak tahu sanak saudara berada dimana dan siapa saja. Anak dari ayah dan ibu yang menjadi perantauan jauh  ini pun kini sendiri. Dengan berdagang ibu Ruwendah hingga lupa dan tak memikirkan lagi soal pendamping hidupnya. Apakah jodohnya akan datang dengan sendirinya ataukah ibu ruwendah tak akan pernah menikah lagi dan menjalani hidupnya sendiri saja. Di sisi lain, ibu Ruwendah merupakan orang yang baik dan suka membantu orang lain. Tak sedkit orang – orang di sekitarnya yang di bantu oleh ibu Ruwendah, salah satunya adalah johan seorang karyawan pabrik yang sudah tak punya kedua orang tua dan hanya dibesarkan oleh kakak dari ibunya, yang kini mandiri tinggal di satu kontrakan dekat dengan ibu Ruwendah. Mengingat ibu Ruwendah tak punya anak, ibu Ruwendah menganggap johan sebagai anaknya sendiri, untuk makan dan minum sehari – hari pun ibu Ruwendah selalu memberinya, memperhatikan keadaannya, memberikan kasih sayangnya, layaknya sikap seorang ibu terhadap anaknya.
Walaupun dengan keadaan yang sederhana sekali, ibu Ruwendah masih peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tak terasa usianya yang sudah tua lambat laun tak bisa lagi bekerja di suatu perusahaan hanya mengandalkan usaha warungnya, usahanya yang tak berbalik modal membuat ia beralih profesi menjadi  pedagang baju bekas.
Kebetulan, ia memiliki seorang teman yang suka memasarkan baju – baju bekas seperti cimol. Berawal dari situ ia memiliki tekad untuk menjual baju – baju bekas itu, berangkat subuh hingga pulang menjelang maghrib mengelilingi rumah – rumah warga, diam di depan pabrik – pabrik yang ia rasa ada orang yang membutuhkan baju – baju cimol bekas yang masih layak pakai.
Penghasilannya dari hasil berdagang baju – baju bekas itu cukup bisa membuat kebutuhannya terpenuhi.Ia sangat bersyukur sekali masih diberikan panjang umur dan kesehatan yang masih ia paksakan untuk beraktifitas. Walaupun masih ada rasa – rasa sakit yang terkadang membebaninya, tak apa ia terus bersyukur dan berdo’a yang terbaik bagi kehidupannya kelak.
Ia tak akan pernah menyerah dengan kehidupan yang keras ini, tidak ada lagi yang membuat ia merasa susah untuk berusaha jika ia rajin dan terus bertawakal. ia tahu bahwa hidup ini adalah sementara, hidup ini hanya sekali, jalani hidup dengan sebaik – baiknya, tak perlu membebani orang lain, meminta – minta belas kasihan kepada orang lain, selama kita masih produktif usia berapapun tak menjadi halangan untuk bermalas – malasan, tak menjadi halangan untuk berdiam diri saja tapi untuk bertindak demi kehidupan yang lebih baik dan tentram serta nyaman.
Hingga kini di usianya yang sudah tua ia masih berjuang sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri. Membantu orang – orang sekitarnya, Keliling Menjual baju – baju bekas pun tak jadi masalah, yang penting ia bisa makan, bisa memberi, dan bisa mengasihi. Tepat di usianya yang kini menjajaki 72 tahun,  Ibu yang satu ini hidup hanya sebatang kara tanpa suami dan anak yang menemani di sepanjang hidupnya. Peristiwa di zaman dahulu tak menjadi halangan untuk ia tetap hidup dan semangat dalam menjalani segala aktifitasnya.
Terus berjuang tanpa mengeluh membuat hidupnya lebih baik, memberikan arti jiwa terbesar dalam hidupnya.Tegar, kuat, dan sabar merupakan kunci utamanya. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan selagi kemauan dalam dirinya selalu melekat, sekecil atau sebesar apapun cobaannya, apabila di jalani dengan ikhlas pasti akan ada jalannya.

Sendiri Tak Mengapa, Yang Penting Hidup 4.5 5 Unknown Tuesday, February 3, 2015 Seorang Ibu bernama Ruwendah yang terlahir di Kota Kembang Bandung, tepatnya di desa sukamanah, dayeuh kolot, pada 3 Januari 1942.Ibu...


No comments:

Post a Comment

J-Theme