Seorang Ibu bernama Ruwendah yang terlahir di
Kota Kembang Bandung, tepatnya di desa sukamanah, dayeuh kolot, pada 3 Januari
1942.Ibu Ruwendah merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
melanjutkan Pendidikan Kursus Pengetahuan Umum pada tahun 1959 selama 3
bulan.Dahulu, ayahnya yang terkenal cerdas dan pintar berbahasa inggris membuka
Suatu lembaga pendidikan Sekolah Rakyat (SR) gratis dirumahnya, bagi siswa yang
tidak di terima di sekolah Negeri.
Disana Ibu Ruwendah pun berperan aktif
mengajar anak – anak sekolah didikan Ayahnya.Walau dengan bekal ilmu yang
seadanya Ibu Ruwendah bersemangat dalam mengajarkan anak – anak tersebut.
Setelah 3 tahun mengajar dengan niat untuk mandiri, ia berhenti dan mencari
pekerjaan sendiri namun tak kunjung dapat. Tak lama, ayahnya yang sudah tua dan
sakit – sakitan pun meninggal dunia, sekolah SR yang berlandaskan gratis tanpa
biaya bagi siapapun yang didirikan ayahnya pun berhenti sampai disitu. Setelah
itu, ia bergegas mengikuti Pendidikan di Telkom untuk Pendidikan Telponis
Kantor Telephone Bandung selama satu tahun ia mengikuti Pendidikan tersebut.
Ibu Ruwendah merupakan orang pertama yang lulus di pendidikan tersebut
se-Bandung Raya dan ketiga se-Jawa Barat.
Menjadi suatu kebanggan bagi ibu ruwendah dan
kedua orang tuanya. Dan Ibu Ruwendah pun di angkat menjadi pegawai tetap Telkom
Masa kerja selama 6 tahun, karena Ibu Ruwendah memiliki Kondisi yang tidak
cukup baik, sakitnya yang terus – terus menerjang tubuhnya hingga membuat ibu
ruwendah terbaring lemas tak berdaya. Ibu Ruwendah pun memutuskan untuk
berhenti bekerja dan akhirnya perusahaan tersebut memberikan surat keluar
sementara.
Entah apa penyakit sebenarnya yang diderita Ibu Ruwendah, sesak nafas yang
berlebihan, rasa sakit didadanya, dan rasa sakit dikepalanya sampai – sampai
memerlukan istirahat yang cukup lama. Selama ini jika ia merasakan sakit pada
tubuhnya tak pernah ia rasa, ia tetap menjalani aktifitas layaknya orang yang
sehat. Setelah beberapa bulan Ibu Ruwendah istirahat di rumah saja, Ibu
Ruwendah merasa sudah cukup baik kondisinya dan Ibu Ruwendah bekerja di Pikiran
Rakyat (PR) / Bandung PT, Ibu Ruwendah di tempatkan di bagian percetakan dan
penyusunan buku – buku pelajaran. Dalam jangka kerja selama 4 tahun, akhirnya
rasa sakit yang biasa tak pernah dirasa pun kini menjadi – jadi hingga ibu
Ruwendah kembali mengundurkan diri untuk berhenti kerja dikarenakan sakit.
Pada usia 24 tahun Ibu Ruwendah dipertemukan dengan seorang pria bernama
Rudi, Rudi merupakan seorang mahasiswa sekaligus mantan supir pribadi di satu
rumah. Rudi di tugaskan untuk menjadi supir pribadi istri seorang TNI bernama
Japto, Japto selalu bertugas di luar kota dan akhirnya ia memberikan amanat
kepada Rudi untuk menjadi supir pribadi istrinya. kemanapun istrinya pergi
selalu didampingi Rudi. Setelah 2 tahun Japto bertugas ke luar kota, tak bisa
menahan rasa saling menyukai.
Akhirnya, istri TNI pun selingkuh dengan
supir pribadinya hingga hamil. Suatu waktu Japto pulang menemui istrinya, Japto
tak menyadari bahwa istrinya tengah hamil oleh orang lain. Setelah tahu Japto
pulang, Rudi bergegas diam di atas langit – langit rumah seorang TNI
tersebut.setelah selama satu minggu ia diam di atas langit – langit rumah japto,
tidak makan dan minum. Kemudian, ia berniat akan menyerahkan diri dan turun
dari atas langit – langit rumah dan segera bersujud juga meminta maaf kepada
Japto atas kesalahannya yang telah berselingkuh dengan istrinya. Pikir Rudi,
Japto akan membunuhnya atau menyiksanya. Ternyata, dengan lapang dada dan sabar
hati Japto memaafkan kesalahan istrinya dan Rudi.Tak bisa berbuat banyak atas
kejadian yang terlanjur sudah terjadi, Japto pun menikahkan istrinya dengan
Rudi.
ketika itu ibu ruwendah dekat sekali dengan
Rudi, Rudi bercerita soal masa lalunya yang kelam dan hampir meninggal karena
diam di atas langit – langit rumah selama satu minggu tidak makan dan minum.
Dengan Tak pernah mengkaitkan seulas tentang istri pertamanya dahulu, Ibu
Ruwendah hanya tahu bahwa Calon suaminya adalah masih berstatus belum pernah
menikah. Tak sempat memiliki keturunan, pernikahan Ibu Ruwendah dan Rudi hanya
berlangsung 3 tahun saja, selama 3 tahun usia pernikahannya, ternyata ibu
Ruwendah baru mengetahui bahwa suaminya pernah mempunyai istri. Dan belum
bercerai dari istri lamanya, kabar itu sampai ke telinga ibunya, ketika
mengetahui semua itu, ibu ruwendah cukup gelisah dan merasa telah di bohongi
oleh suaminya.namun, ibu ruwendah tetap berlaku baik dan menerima segala kenyataan
itu. Berbeda dengan ibunya, ibunya tak
bisa menerima kenyataan itu, akhirnya ibunya menyuruh Ibu Ruwendah untuk
bercerai dengan Rudi.
Rudi yang merasa salah tak bisa berkutik
apapun, Dengan tekanan batin yang menyiksa
Tak bisa menolak, Ibu Ruwendah pun menyetujui untuk bercerai karena
melihat sang Ibu yang tengah berbaring sakit.
Berat hati, walaupun batin tersiksa tapi tak
mengapa dengan ikhlas Ibu Ruwendah bercerai dengan suaminya.Dengan tekad hati
untuk hidup seperti biasa lagi, akhirnya ibu ruwendah mencari – cari pekerjaan
baru lagi. Akhirnya, Pada tahun 1975 Ibu Ruwendah bekerja di Tarumatex selama
22 tahun ia bekerja untuk biaya hidupnya dan memberikan sebagian pesangonnya
kepada Ibunya. Pada tahun 1997 ia di PHK oleh perusahaannya, hasil dari uang
PHK walaupun tak seberapa, ia gunakan uang tersebut untuk berdagang kecil –
kecilan membuka usaha warung didepan rumahnya, demi menghidupi ia sendiri dan
Ibunya.
Ia merasa miris dan sedih alangkah buruk
nasibnya, ia hampir putus asa memikirkan bagaimana kehidupannya untuk masa
depannya nanti. Mengingat ia yang tak punya siapa – siapa selain ibunya yang
kini sakit – sakitan dan tak berdaya apa – apa. Tak ada yang bisa ia ajak
bicara mendalam selain ibunya. Adapun dengan tetangga, hanya bisa sekedarnya tak
ingin memrepotkan siapapun akhirnya ibu Ruwendah pun mengatasi masalahnya
sendiri.
Setelah bercerai dengan suaminya ia berniat
untuk menikah lagi, ia dipertemukan oleh seorang pria baik dan bertanggung
jawab, dan ia merasa sudah cocok dengan pasangannya yang ini namun, Ibunya tak
merestuinya. Entah apa maksud ibunya melarang. Apakah ibunya masih takut
peristiwa masa lalu terulang kembali ataukah apa..entahlah, Tak bisa menolak
lagi, Ibu Ruwendah berpikir bahwa ucapan ibunya adalah ucapan terbaik yang harus
ia patuhi sebagai anaknya.
Ibu Ruwendah pun patuh terhadap
perkataan Ibunya, dan ia tidak menikah lagi. tak lama, ibunya pun meninggal
dunia. kini ia hanya tinggal sendiri di rumah kecil peninggalan kedua orang
tuanya. Beruntung, walaupun hanya rumah petak kecil tapi itu milik orang tuanya
sendiri, Menjalani hari – hari pun sendiri tidak tahu sanak saudara berada
dimana dan siapa saja. Anak dari ayah dan ibu yang menjadi perantauan jauh ini pun kini sendiri. Dengan berdagang ibu
Ruwendah hingga lupa dan tak memikirkan lagi soal pendamping hidupnya. Apakah
jodohnya akan datang dengan sendirinya ataukah ibu ruwendah tak akan pernah
menikah lagi dan menjalani hidupnya sendiri saja. Di sisi lain, ibu Ruwendah
merupakan orang yang baik dan suka membantu orang lain. Tak sedkit orang –
orang di sekitarnya yang di bantu oleh ibu Ruwendah, salah satunya adalah johan
seorang karyawan pabrik yang sudah tak punya kedua orang tua dan hanya
dibesarkan oleh kakak dari ibunya, yang kini mandiri tinggal di satu kontrakan
dekat dengan ibu Ruwendah. Mengingat ibu Ruwendah tak punya anak, ibu Ruwendah
menganggap johan sebagai anaknya sendiri, untuk makan dan minum sehari – hari
pun ibu Ruwendah selalu memberinya, memperhatikan keadaannya, memberikan kasih
sayangnya, layaknya sikap seorang ibu terhadap anaknya.
Walaupun dengan keadaan yang sederhana
sekali, ibu Ruwendah masih peduli dengan lingkungan sekitarnya. Tak terasa
usianya yang sudah tua lambat laun tak bisa lagi bekerja di suatu perusahaan
hanya mengandalkan usaha warungnya, usahanya yang tak berbalik modal membuat ia
beralih profesi menjadi pedagang baju
bekas.
Kebetulan, ia memiliki seorang teman yang
suka memasarkan baju – baju bekas seperti cimol. Berawal dari situ ia memiliki
tekad untuk menjual baju – baju bekas itu, berangkat subuh hingga pulang
menjelang maghrib mengelilingi rumah – rumah warga, diam di depan pabrik –
pabrik yang ia rasa ada orang yang membutuhkan baju – baju cimol bekas yang
masih layak pakai.
Penghasilannya dari hasil berdagang baju –
baju bekas itu cukup bisa membuat kebutuhannya terpenuhi.Ia sangat bersyukur
sekali masih diberikan panjang umur dan kesehatan yang masih ia paksakan untuk
beraktifitas. Walaupun masih ada rasa – rasa sakit yang terkadang membebaninya,
tak apa ia terus bersyukur dan berdo’a yang terbaik bagi kehidupannya kelak.
Ia tak akan pernah menyerah dengan kehidupan
yang keras ini, tidak ada lagi yang membuat ia merasa susah untuk berusaha jika
ia rajin dan terus bertawakal. ia tahu bahwa hidup ini adalah sementara, hidup
ini hanya sekali, jalani hidup dengan sebaik – baiknya, tak perlu membebani
orang lain, meminta – minta belas kasihan kepada orang lain, selama kita masih
produktif usia berapapun tak menjadi halangan untuk bermalas – malasan, tak
menjadi halangan untuk berdiam diri saja tapi untuk bertindak demi kehidupan
yang lebih baik dan tentram serta nyaman.
Hingga kini di usianya yang sudah tua ia
masih berjuang sendiri untuk menghidupi dirinya sendiri. Membantu orang – orang
sekitarnya, Keliling Menjual baju – baju bekas pun tak jadi masalah, yang
penting ia bisa makan, bisa memberi, dan bisa mengasihi. Tepat di usianya yang
kini menjajaki 72 tahun, Ibu yang satu
ini hidup hanya sebatang kara tanpa suami dan anak yang menemani di sepanjang
hidupnya. Peristiwa di zaman dahulu tak menjadi halangan untuk ia tetap hidup
dan semangat dalam menjalani segala aktifitasnya.
Terus berjuang tanpa mengeluh membuat
hidupnya lebih baik, memberikan arti jiwa terbesar dalam hidupnya.Tegar, kuat,
dan sabar merupakan kunci utamanya. Tidak ada yang tidak bisa ia lakukan selagi
kemauan dalam dirinya selalu melekat, sekecil atau sebesar apapun cobaannya,
apabila di jalani dengan ikhlas pasti akan ada jalannya.
No comments:
Post a Comment